MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH

APAKAH ENGKAU MENGETAHUI MAKNA LAA ILAAHA ILLALLAH

Segala puji hanya bagi Alloh. Sholawat dan salam semoga tercurahkan ke atas Rosululloh shallallahu’alaihi wasallam, keluarga dan sahabat beliau, serta orang-orang yang berwala’ kepada beliau, adapun kemudian; Ini adalah penjelasan singkat tentang ma’na kalimat “Laa ilaaha illaAlloh”. Kalimat tawhid yang merupakan hak Alloh atas seorang hamba. “Laa ilaaha illaAlloh” adalah kalimat yang tinggi, mulia dan berharga. Barangsiapa yang berpegang teguh padanya dia akan selamat dan siapa yang menjaganya maka dia akan terjaga.

Laa ilaaha illaAlloh” adalah al-‘Urwah al-Wutsqo (ikatan yang kokoh), kalimat taqwa, al-Hanifiyah (kelurusan), millah (ajaran) Ibrohim ‘alayhis salam. “Laa ilaaha illaAlloh” adalah kalimat yang karenanya makhluk-makhluk diciptakan, yang dengannya tegaklah langit dan bumi, dan karenanya diutuslah para Rosul serta diturunkanlah Kitab-kitab. Alloh Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقۡتُ ٱلۡجِنَّ وَٱلۡإِنسَ إِلَّا لِيَعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” [adz-Dzaariyaat: 56].

Dan Dia berfirman,

وَمَآ أَرۡسَلۡنَا مِن قَبۡلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلَّا نُوحِيٓ إِلَيۡهِ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّآ أَنَا۠ فَٱعۡبُدُونِ

“Dan tidaklah Kami utus seorang Rasul pun sebelum kamu (Muhammad), kecuali Kami wahyukan kepadanya bawa tiada ilaah kecuali Aku, maka beribadahlah kepada-Ku” [al-Anbiyaa’: 25].

Akan tetapi “Laa ilaaha illaAlloh” itu memiliki lafadz dan juga ma’na. Mengucapkannya adalah kulit sedangkan ma’nanya adalah intisari. Lafadz adalah cangkang sedangkan ma’na adalah mutiara.

Kedudukan “Laa ilaaha illaAlloh” terhadap ma’nanya, seperti kedudukan ruh terhadap jasadnya. Maka tidak bermanfaat jasad itu tanpa adanya ruh. Begitu juga tidak bermanfaat kalimat ini tanpa disertai ma’nanya.

Maka Ketahuilah – semoga Alloh merahmatimu – bahwa bukanlah yang diinginkan itu pengucapan kalimat ini dengan disertai kebodohan terhadap ma’nanya. Karena orang-orang munafiq mengucapkannya tetapi mereka berada di bawah orang-orang kafir di dalam dasar neraka! Akan tetapi yang diinginkan adalah pengucapan kalimat ini disertai pemahaman dengan hati terhadap ma’nanya, mencintainya, mencintai para pemeluknya, serta membenci dan memusuhi orang-orang yang menyelisihinya.

Lalu apa ma’na kalimat yang agung ini?

Jika dikatakan: ma’na “Laa ilaaha illaAlloh” itu adalah: Tidak ada pencipta selain Alloh, maka ini telah diketahui. Karena tidak ada yang menciptakan makhluk kecuali Alloh. Tidak ada seorangpun yang bersekutu dengan-Nya dalam hal ini. Jika dikatakan: bahwa ma’nanya adalah tidak ada pemberi rizqi kecuali Alloh, maka inipun tidak bisa diterima.

Maka Pikirkanlah – semoga Alloh memberimu tawfiq – tentang hal ini. Bertanyalah tentang ma’na Al Ilaah. Sebagaimana engkau bertanya tentang ma’na al-Kholiq dan ar-Roziq.

Maka ma’na “Laa ilaaha illaAlloh” adalah:

لَامَعْبُدَ بِحَقٍّ إِلَّا أللهُ

“Tidak ada sesuatu yang berhak diibadahi kecuali Alloh.”

Kalimat ini terdiri dari nafyun (peniadaan) dan itsbaatun (penetapan).

Peniadaan terhadap ilahiyyah (ketuhanan) segala sesuatu selain Alloh ta’ala dari kalangan para makhluk, bahkan terhadap Nabi shollaAllohu ‘alayhi wa sallam sekalipun, apalagi selain beliau dari kalangan para wali dan orang-orang sholih. Dan penetapan ilahiyyah (ketuhanan) itu seluruhnya hanya untuk Alloh semata, tiada sekutu bagi-Nya. Tidak ada hak ilahiyyah (ketuhanan) bagi selain-Nya, tidak bagi malaikat yang didekatkan, tidak pula bagi nabi yang diutus.

Al-Ilahiyah dari kata al-ilah dan al-ilah itu adalah al-Ma’bud (sesuatu yang diibadahi), ini adalah tafsir dari lafadz ini dengan kesepakatan (ijma’) ahlul ilmi. Maka siapa pun yang beribadah kepada sesuatu, dia telah menjadikan sesuatu itu sebagai ilah (tuhan) selain Alloh.

Jika engkau ingin memahami hal ini dengan pemahaman yang sempurna maka pahamilah dua hal:

Pertama:

Hendaknya engkau memahami bahwa orang-orang kafir yang Rosululloh shollaAllohu ‘alayhi wa sallam memerangi dan membunuh mereka serta merampas harta mereka dan menghalalkan wanita-wanita mereka (untuk dijadikan budak -.pent.). Mereka itu mengakui Tawhid Rububiyah. Yaitu tidak ada yang menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, mengatur segala urusan kecuali Alloh semata.

Dalilnya adalah Firman Alloh Ta’ala:

قُلۡ مَن يَرۡزُقُكُم مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلۡأَرۡضِ أَمَّن يَمۡلِكُ ٱلسَّمۡعَ وَٱلۡأَبۡصَٰرَ وَمَن يُخۡرِجُ ٱلۡحَيَّ مِنَ ٱلۡمَيِّتِ وَيُخۡرِجُ ٱلۡمَيِّتَ مِنَ ٱلۡحَيِّ وَمَن يُدَبِّرُ ٱلۡأَمۡرَۚ فَسَيَقُولُونَ ٱللَّهُۚ فَقُلۡ أَفَلَا تَتَّقُونَ

“Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?’ Maka mereka akan menjawab: ‘Alloh'” [Yunus: 31].

Ini adalah perkara yang sangat penting! Yaitu engkau memahami bahwa orang-orang kafir itu bersaksi terhadap hal ini sepenuhnya dan mengakuinya. Mereka juga shodaqoh, haji, ‘umroh, beribadah, serta meninggalkan perkara-perkara yang diharamkan karena takut kepada Alloh ‘azza wa jalla. Meskipun begitu, semua itu tidak menjadikan mereka masuk ke dalam Islam. Dan tidak menjadikan haram darah dan harta mereka.

Akan tetapi perkara yang Kedua:

hal yang menjadikan mereka kafir dan menjadikan halal darah dan harta mereka adalah bahwa mereka tidak bersaksi terhadap Alloh dengan Tawhid Uluhiyyah, yaitu tidak berdoa kecuali kepada Alloh tidak ada sekutu bagi-Nya, tidak dimohon pertolongan (istighotsah) dengan selain-Nya, tidak disembelih untuk selain-Nya dan tidaklah hukum dikembalikan kepada selain syari’at-Nya. Maka barangsiapa memohon pertolongan (istighotsah) dengan selain-Nya maka dia kafir, barangsiapa menyembelih untuk selain-Nya maka dia kafir dan barangsiapa memutuskan hukum dengan selain syari’at-Nya maka dia kafir … dan lain sebagainya.

Sebagai penyempurna hal ini, hendaknya engkau mengetahui bahwa orang-orang musyrik yang diperangi oleh Rosululloh, mereka itu berdo’a kepada orang-orang sholih maka mereka kafir dengan sebab do’a mereka kepada orang-orang sholih itu, sekalipun mereka mengakui bahwa Alloh adalah al-Kholiq (Sang Pencipta), ar-Roziq (Sang Pemberi Rezeki) dan al-Mudabbir (Sang Pengatur)! Jika engkau telah memahami hal ini maka engkau telah memahami ma’na (Laa ilaaha illaAlloh). Dan engkau telah memahami bahwa jika seorang muslim mengkultuskan seorang nabi, wali atau malaikat, atau dia memohon pertolongan (istighotsah) kepadanya, maka dia telah keluar dari Islam.

Jika seseorang dari kalangan orang-orang musyrik berkata: Kami tahu hal itu, akan tetapi orang-orang sholih itu mereka adalah orang-orang yang dekat dengan Alloh, maka kami berdo’a kepada mereka, bernadzar kepada mereka, mengunjungi (makam) mereka, dan beristighotsah kepada mereka. Dan dengan itu kami mengharapkan kedudukan dan syafa’at. Sebaliknya kami memahami dan beriman bahwa Alloh itu al-Kholiq (Sang Pencipta), al-Mudabbir (Sang Pengatur) dan satu-satunya Dzat Yang Diibadahi!!

Maka katakanlah: Perkataanmu ini adalah madzhab Abu Jahal “dan orang-orang semisalnya, karena sesungguhnya mereka dahulu berdo’a kepada patung-patung dan para wali itu dengan menginginkan (seperti) apa yang kalian inginkan.

Sebagaimana Alloh Ta’ala berfirman:

أَلَا لِلَّهِ ٱلدِّينُ ٱلۡخَالِصُۚ وَٱلَّذِينَ ٱتَّخَذُواْ مِن دُونِهِۦٓ أَوۡلِيَآءَ مَا نَعۡبُدُهُمۡ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَآ إِلَى ٱللَّهِ زُلۡفَىٰٓ إِنَّ ٱللَّهَ يَحۡكُمُ بَيۡنَهُمۡ فِي مَا هُمۡ فِيهِ يَخۡتَلِفُونَۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يَهۡدِي مَنۡ هُوَ كَٰذِبٞ كَفَّارٞ

“…Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Alloh (berkata): ‘Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Alloh dengan sedekat-dekatnya’…” [Az-Zumar : 3]

Dan Dia berfirman:

وَيَعۡبُدُونَ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَضُرُّهُمۡ وَلَا يَنفَعُهُمۡ وَيَقُولُونَ هَٰٓؤُلَآءِ شُفَعَٰٓؤُنَا عِندَ ٱللَّهِۚ قُلۡ أَتُنَبِّ‍ُٔونَ ٱللَّهَ بِمَا لَا يَعۡلَمُ فِي ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَلَا فِي ٱلۡأَرۡضِۚ سُبۡحَٰنَهُۥ وَتَعَٰلَىٰ عَمَّا يُشۡرِكُونَ

“Dan mereka menyembah selain daripada Alloh apa yang tidak dapat mendatangkan kemudharatan kepada mereka dan tidak (pula) kemanfa`atan, dan mereka berkata: ‘Mereka itu adalah pemberi syafa`at kepada kami di sisi Alloh’…” [Yunus : 18]

Dan itu dikarenakan mereka menyangka – sebagaimana (sangkaan) kalian – bahwa Alloh menjadikan orang-orang tertentu memiliki kedudukan khusus di sisi-Nya, di mana Dia Ridho agar manusia berlindung dan beristighotsah kepada mereka, serta menjadikan orang-orang tertentu itu sebagai wasilah (perantara) antara diri mereka dengan Alloh. Sedangkan hal itu merupakan pembatal kalimat (Laa ilaaha illaAlloh), karena tuntutan dari (Laa ilaaha illaAlloh) adalah meniadakan perantara di hadapan Alloh…

Selesai, dikutip dari “ad-Duror as-Saniyah fil Ajwibati an-Najdiyah”

Asy syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullah

Ditarjamah dan diterbitkan oleh Tim Penyebar Berita

Leave a comment

Design a site like this with WordPress.com
Get started